( Di terjemahkan dari buku The Tales Of Beedle The Bard karya Jk Rowling)
3. BABBITTY SI KELINCI DAN BONGOL POHON YANG DAPAT BICARA
Zaman dahulu kala, di suatu tempat yang jauh, hiduplah
seorang raja yang bodoh, ia memutuskan hanya dirinyalah yang boleh memiliki
ilmu sihir. Raja memerintahkan komandan pasukannya untuk membentuk brigade
pemburu penyihir, dan memberikan mereka sekelompok anjing jenis black hound
yang galak. Pada waktu yang sama, raja mengumumkan ke desa-desa dan kota-kota
di seluruh negeri: “Dicari oleh Raja: Pengajar ilmu sihir.”
Tidak ada satupun penyihir yang secara suka rela mendaftar
sayembara tersebut, semuanya bersembunyi dari kejaran brigade pemburu penyihir.
Sampai akhirnya seorang penipu yang tidak memiliki kemampuan sihir melihat
peluang untuk memperkaya diri sendiri, memperkenalkan diri sebagai penyihir
sakti. Penipu tersebut melakukan atraksi kecil untuk meyakinkan raja akan
kehebatannya, karena kagum raja menunjuknya sebagai kepala penyihir kerajaan, merangkap
guru sihir sang raja.
Sang penipu meminta kepada raja sekantong besar emas,
untuk membeli tongkat sihir dan peralatan sihir yang dibutuhkan. Ia juga
meminta beberapa butir batu delima besar untuk jimat penyembuh, dan satu atau
dua piala perak untuk menawar racun. Semua perangkat menggelikan tersebut
disediakan oleh raja bodoh tersebut. Si penipu menyimpan harta karun ditempat
aman di dalam rumahnya kemudian kembali ke istana.
Penipu tidak mengetahui gerak-geriknya diawasi oleh
seorang wanita tua yang tinggal digubuk diujung halaman istana. Namanya
Babbitty, pekerjaan sehari-hari mencuci seperai raja sehingga tetap lembut,
segar, dan putih. Tanpa sengaja saat akan mengangkat seprai yang sudah kering,
ia melihat penipu memetik dua buah ranting pada salah satu pohon dihalaman
istana, kemudian masuk kedalam istana. Penipu memberikan salah satu ranting
kepada raja dan meyakinkannya bahwa ranting tersebut adalah tongkat sihir
sakti.
“Tongkat ini akan bekerja hanya jika memang ia merasa
pantas.” Ujar sang penipu. Setiap pagi penipu dan raja yang bodoh
berjalan-jalan dihalaman istana, mereka melambai-lambaikan tongkat sihir mereka
dan meneriakan sesuatu yang dikatakan sebagai mantra. Sang penipu mencoba
tipuan baru agar Raja percaya pada kekuatan kepala sihir kerajaan, dan usaha
raja untuk mengusai tongkat sihir tersebut menghasilkan banyak emas bagi penipu
tersebut.
Suatu pagi ketika raja dan penipu seperti biasanya
memutar-mutar tongkat sihir mereka dan mencoba membaca mantra-mantra yang
sesungguhnya tidak berguna, raja mendengar suara cukup keras. Babbitty si
pembersih seperai istana mengawasi mereka melalui jendela di rumah kecilnya,
dan tertawa terbahak-bahak hingga tidak mampu berdiri.
“Pasti terlihat tidak bermartabat hingga seorang tua pembersih seperai istana mentertawai Saya!” ujar sang raja. Ia berhenti memutar-mutar tongkat sihirnya dan berkata dengan sungguh-sungguh. “Saya sudah letih berlatih! Kapan saya bisa menggunakan mantra, hai penyihir kerajaan?”
“Pasti terlihat tidak bermartabat hingga seorang tua pembersih seperai istana mentertawai Saya!” ujar sang raja. Ia berhenti memutar-mutar tongkat sihirnya dan berkata dengan sungguh-sungguh. “Saya sudah letih berlatih! Kapan saya bisa menggunakan mantra, hai penyihir kerajaan?”
Penipu mencoba tetap tenang, meyakinkan raja bahwa
tidak lama lagi ia akan melakukan sihir, tetapi tawa Babbitty telah menusuk
hatinya lebih dari pada yang diketahui sang penipu.
“Esok hari,” titah sang raja, “Kita akan mengundang
para bangsawan untuk melihat Raja menggunakan sihir!”
Penipu melihat waktunya sudah tiba untuk mengambil barang-barangnya dan pergi menjauh.
“Ampun tuanku, itu tidak mungkin! Saya lupa memberitahu tuan, saya harus menempuh perjalanan jauh besok …”
Penipu melihat waktunya sudah tiba untuk mengambil barang-barangnya dan pergi menjauh.
“Ampun tuanku, itu tidak mungkin! Saya lupa memberitahu tuan, saya harus menempuh perjalanan jauh besok …”
“Jika kau meninggalkan istana ini tanpa ijin ku, hai
penyihir, maka brigade pemburu penyihir milikku akan mengejarmu sampai dapat!
Besok pagi kau akan mendampingi ku mempertunjukan sihir, jika ada yang
mentertawaiku maka besok pagi kau akan kehilangan kepala!”
Dengan langkah lebar sang raja kembali ke istana, meninggalkan penipu dalam kesendirian dan penuh ketakutan. Otaknya berpikir mencari cara untuk menyelematkan diri, tapi bagaimana? Ia tidak mungkin melarikan diri, tidak mungkin pula menghasilkan sihir yang diinginkan sang raja.
Dengan langkah lebar sang raja kembali ke istana, meninggalkan penipu dalam kesendirian dan penuh ketakutan. Otaknya berpikir mencari cara untuk menyelematkan diri, tapi bagaimana? Ia tidak mungkin melarikan diri, tidak mungkin pula menghasilkan sihir yang diinginkan sang raja.
Sambil mencari pelampiasan kemarahannya, penipu
mendekati jendela Babbitty dan mengintip kedalam rumah. Disana ia melihat
seorang wanita tua dengan perawakan kecil sedang duduk menghadap meja sambil
membersihkan sebuah tongkat sihir. Tepat diujung ruangan seprei sang raja
mencuci sendiri didalam ember kayu besar.
Penipu mengerti sekarang, Babbitty adalah seorang penyihir, dan ia menjadi kunci penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.
Penipu mengerti sekarang, Babbitty adalah seorang penyihir, dan ia menjadi kunci penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.
“Hai tua bangka!” teriak penipu, “Ucapan mu telah
menyebabkan saya dalam masalah! Jika kau tidak mau menolong maka akan saya
laporkan kepada raja bahwa kamu seorang penyihir dan anjing-anjing kerajaan
dengan senang hati mencabik-cabik tubuhmu!”
Babbitty tersenyum kepada sang penipu, dan menjawab ia akan menolong dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
Babbitty tersenyum kepada sang penipu, dan menjawab ia akan menolong dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
Penipu memerintahnya untuk bersembunyi dibalik
semak-semak pada saat raja memperagakan sihir. Ia setuju dengan rencana
tersebut kemudian menanyakan satu pertanyaan.
“Bagaimana seandainya raja menginginkan sesuatu yang mantranya tidak saya kuasai?”
Penyihir palsu memberi jawaban mengejek.
“Bagaimana seandainya raja menginginkan sesuatu yang mantranya tidak saya kuasai?”
Penyihir palsu memberi jawaban mengejek.
“Sihirmu sejajar dengan imajinsi si bodoh itu!”
Sang penyihir meyakinkan Babbitty kemudian kembali ke
istana, sambil tersenyum bangga akan kepintarannya.
Esok paginya semua bangsawan dan istri-istri mereka
telah hadir dilapangan istana. Raja naik keatas panggung dengan kepala sihir
kerajaan berdiri disampingnya.
“Pertama-tama saya akan menghilangkan topi wanita
ini.”
Teriak raja sambil menunjuk topi dengan ranting yang
dikira tongkat sihir. Dari dalam semak-semak Babbitty mengarahkan tongkat
sihirnya kepada topi tersebut dan membuatnya menghilang. Tepuk tangan riuh
rendah dan kekaguman menyambut hilangnya topi tersebut.
“Selanjutnya saya akan membuat kuda yang ada disebelah sana terbang!”
Teriak sang raja sambil menunjuk kuda jantan miliknya. Dari dalam semak Babbitty mengarahkan tongkat sihirnya pada kuda dimaksud dan perlahan-lahan naik keudara.
Penonton semakin takjub dan tepuk tangan membahana dilapangan istana, mereka meneriakan kata-kata pujian untuk raja mereka.
“Selanjutnya saya akan membuat kuda yang ada disebelah sana terbang!”
Teriak sang raja sambil menunjuk kuda jantan miliknya. Dari dalam semak Babbitty mengarahkan tongkat sihirnya pada kuda dimaksud dan perlahan-lahan naik keudara.
Penonton semakin takjub dan tepuk tangan membahana dilapangan istana, mereka meneriakan kata-kata pujian untuk raja mereka.
“Dan sekarang …” Raja melihat sekeliling mencari ide,
kapten Brigade Pemburu Penyihir menghambur ke hadapan sang raja.
“Tuan ku.” Ujar kapten, “Subuh tadi, Sabre mati
keracunan! Mohon kesediaan paduka menghidupkannya kembali dengan tongkat
sihir.”
Sang kapten mengangkat anjing yang telah mati dari
jenis black hound kehadapan sang raja bodoh tersebut. Dengan penuh keyakinan ia
mengarahkan tongkat sihirnya kepada anjing tersebut. Dari balik semak-semak
Babbitty tersenyum, ia tidak mengarahkan tongkat sihirnya karena tidak ada
sihir apapun yang dapat membangkitkan sesuatu yang telah mati.
Ketika anjing tersebut tidak bergerak, kerumunanpun mulai berbisik, kemudian mulai tertawa. Mereka menganggap pertunjukan tadi hanyalah tipuan belaka.
Ketika anjing tersebut tidak bergerak, kerumunanpun mulai berbisik, kemudian mulai tertawa. Mereka menganggap pertunjukan tadi hanyalah tipuan belaka.
“Mengapa tidak bekerja?” Teriak sang raja kepada
kepala sihir kerajaan (yang sesungguhnya adalah penyihir palsu), merasa telah
diperdayai.
“Itu disana yang mulia!”
Penipu menunjuk kearah semak-semak dimana Babbitty
bersembunyi.
“Saya melihat wanita itu yang melakukannya, ia menahan
sihir anda dengan ilmu hitam yang dimilikinya! Tangkap dia, pengawal tangkap
wanita itu!”
Babbitty keluar dari semak, dan Brigade Pemburu
Penyihir mengejarnya, melepas anjing-anjing pemburu yang terlihat haus akan
darah Babbitty. Walaupun sudah tua namun ia terlihat lincah, penyihir kecil itu
dapat meloloskan diri. Ketika Raja, penyihir palsu, dan brigade sampai disuatu
tempat dilihat anjing-anjing mereka menyalak dan berputar-putar mengitari sebuah
pohon yang telah tua.
“Dia merubah dirinya menjadi pohon!” teriak penipu, ia
khawatir Babbitty kembali kewujudnya semula kemudian mengadukan perihal siapa
ia sebenarnya.
“Tebang pohon tersebut, Yang Mulia, hanya itu
satu-satunya cara untuk menghancurkan penyihir jahat tersebut.” lanjutnya.
Kapak segera dibawa dan pohon tua tersebut ditebang,
penipu, pasuka brigade pemburu penyihir, dan semua yang hadir disitu terlihat
gembira. Tetapi pada saat mereka bersiap kembali ke istana, terdengar sebuah
teriakan keras.
“Bodoh…!” suara Babbity dari arah bonggol pohon bekas
tebangan tadi.
“Tidak ada seorang penyihirpun yang mati hanya dengan dibelah menjadi dua! Kalau tidak percaya ambil kapak itu lalu belahlah kepala sihir kerajaan menjadi dua!”
Kapten Brigade Pemburu Penyihir tertarik melakukan percobaan yang diinstruksikan oleh suara Babbitty, namun belum kapak diayunkan sang penipu sudah menjerit sekeras-kerasnya sambil berlutut. Ia memohon ampun dan mengaku tidak memiliki kemampuan sihir. Akhirnya ia diseret masuk ke penjara, bonggol pohon berteriak makin nyaring.
“Tidak ada seorang penyihirpun yang mati hanya dengan dibelah menjadi dua! Kalau tidak percaya ambil kapak itu lalu belahlah kepala sihir kerajaan menjadi dua!”
Kapten Brigade Pemburu Penyihir tertarik melakukan percobaan yang diinstruksikan oleh suara Babbitty, namun belum kapak diayunkan sang penipu sudah menjerit sekeras-kerasnya sambil berlutut. Ia memohon ampun dan mengaku tidak memiliki kemampuan sihir. Akhirnya ia diseret masuk ke penjara, bonggol pohon berteriak makin nyaring.
“Dengan memotong penyihir wanita menjadi dua bagian
kalian telah menimbulkan kutukan pada kerajaan ini!” Babbitty melanjutkan
kata-katanya kepada raja yang ketakutan.
“Setiap usaha menyakiti teman-temanku para penyihir, sama artinya mengayunkan kapak kearah mu sendiri sampai akhirnya kamu berharap lebih baik mati!”
“Setiap usaha menyakiti teman-temanku para penyihir, sama artinya mengayunkan kapak kearah mu sendiri sampai akhirnya kamu berharap lebih baik mati!”
Sang raja berlutut dihadapan bonggol pohon dan berkata
ia akan memberikan pengumuman bahwa ia akan melindungi para penyihir dikerajaan
ini dan memperbolehkan mereka mempraktekan sihir untuk tujuan damai.
“Bagus sekali,” jawab bonggol kayu, “Tapi kamu belum
mengeluarkan pernyataan maaf kepada Babbitty.”
“Tentu saja saya memohon maaf kepadanya.” Jawab sang
raja, sambil menangkupkan kedua tangannya tanda memohon dihadapan bonggol kayu.
“Kamu akan membuat patung Babbitty, sebagai
penghargaan kepada tukang cuci yang malang, dan mengingatkan mu akan
kebodohanmu!” perintah bonggol kayu.
Sang raja setuju dan berjanji akan memanggil pematung paling ahli diseluruh negeri untuk membuat patung dari emas. Setelah berjanji raja dan lainnya kembali ke istana.
Sang raja setuju dan berjanji akan memanggil pematung paling ahli diseluruh negeri untuk membuat patung dari emas. Setelah berjanji raja dan lainnya kembali ke istana.
Ketika halaman kerajaan sudah menjadi sepi seperti
sediakala, sesuatu terlihat bergerak-gerak diantara akar-akar yang menyembul
dipermukaan tanah. Dari sana keluarlah seekor kelinci kecil yang menggigit
sebuah tongkat sihir, ia adalah Babbitty dalam sepi bergerak menjauh dari
halaman istana. Segera setelah patung dari emas diletakkan diatas bonggol kayu
tidak ada satupun penyihir yang dikejar-kejar diseluruh wilayah kerajaan …
untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar