Ohayo !!!!!!!
Kali ini saya mau sedikit memberi informasi buat kalian semua ,kecewanya saya dengan pemimpin-pemimpin negeri Indonesiaku tercinta Let cek this out . . . . .
KARYA BANGSA YANG TIDAK DI HARGAI
karya anak bangsa yang bisa membanggakan dunia, belum tentu mendapat tempat di negeri sendiri. Kekhawatiran Ricky Elson, si pembuat mobil listrik itu akhirnya terbukti. Ia pun tak ingin lama-lama kecewa. Daripada ilmunya sia-sia, kini si pemuda asli Padang ini memilih ingin kembali ke negeri Sakura.
Kali ini saya mau sedikit memberi informasi buat kalian semua ,kecewanya saya dengan pemimpin-pemimpin negeri Indonesiaku tercinta Let cek this out . . . . .
KARYA BANGSA YANG TIDAK DI HARGAI
karya anak bangsa yang bisa membanggakan dunia, belum tentu mendapat tempat di negeri sendiri. Kekhawatiran Ricky Elson, si pembuat mobil listrik itu akhirnya terbukti. Ia pun tak ingin lama-lama kecewa. Daripada ilmunya sia-sia, kini si pemuda asli Padang ini memilih ingin kembali ke negeri Sakura.
Sekian lama Ricky menunggu izin mobil listrik yang dibuatnya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan. Berharap mobil listrik bernama Selo dan Gendhis
itu, dapat menjadi inspirasi kelahiran mobil listrik buatan anak
negeri. Namun apa daya, izin mobil listrik buatan pria kelahiran Padang
11 Januari 1980 itu tak kunjung keluar. Bahkan terkesan digantung oleh
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
“Saya tak bisa lagi menahannya (untuk pulang ke Jepang). Dulu
saya bermohon-mohon agar pemuda ini mau kembali ke Indonesia. Ilmunya
soal mobil listrik sangat berguna. Tapi ternyata benar, ilmu itu tidak
dihargai di negerinya sendiri. Dia masih muda, masa depannya masih
panjang,”. Begitulah pernyataan kecewa yang diungkapkan Dahlan Iskan, perihal rencana Ricky kembali ke Jepang.
Dahlan yang ditemui wartawan di rumahnya di Surabaya, Rabu (9/4)
pantas kecewa. Semangatnya melahirkan mobil masa depan, mobil listrik
buatan anak negeri, ternyata tidak mendapat sambutan baik dari koleganya
di Kemenristek. Padahal untuk membuat mobil listrik, Dahlan
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk memaksa Ricky mau
kembali ke Indonesia, Dahlan sampai rela seluruh gajinya sebagai menteri
diberikan pada Ricky.
“Ricky ini sudah 14 tahun di Jepang. Ia sudah memiliki hak paten
internasional mobil listrik di sana. Saya merayunya habis-habisan agar
mau kembali ke Indonesia. Dia sempat takut dengan resiko gajinya turun
dan belum tentu ilmunya dihargai. Saya terus yakinkan dia dan memberikan
seluruh gaji saya tiap bulan untuknya. Saya minta dia membangun mimpi
mobil listrik buatan anak Indonesia, akhirnya dia mau dan kita buat
Tucuxi, Selo dan Gendhis,” kisah Dahlan mengenai awal perkenalannya dengan Ricky.
“Namun ternyata, kekhawatiran Ricky terjadi. Ternyata sambutan
dalam negeri (soal mobil listrik) tidak baik. Tidak ada kepastian dan
tidak ada ketentuan yang jelas. Saya harus minta maaf pada Ricky. Saya
bayangkan dulu orang dari luar negeri kalau pulang bisa dimanfaatkan,
ternyata tidak,” tambah Dahlan masih dengan nada kecewa.
Dahlan seolah kehabisan alasan untuk tetap menahan pemuda cerdas itu
bertahan di Indonesia. Apalagi hingga saat ini, Kemenristek tak jua
memberikan penjelasan, mengapa izin itu belum dikeluarkan. Padahal
mobil-mobil listrik buatan Ricky, sudah pernah mejeng di acara KTT APEC
di Bali.
“Kalau sampai satu atau dua bulan ini tidak ada kejelasan, saya
harus izinkan dia (Ricky) pulang ke Jepang. Dia ini anak muda yang
cerdas. Masa depannya masih panjang. Saya tidak mau menggantung masa
depannya dengan bertahan di Indonesia,” kata Dahlan.
Izin yang Tak Kunjung Keluar
Mobil listrik Tucuxi, Selo dan Gendhis telah lama
selesai. Mungkin ini bukan mobil listrik pertama yang dibuat di
Indonesia. Namun inilah jajaran mobil listrik yang pertama kali
dikerjakan seluruhnya oleh putra putri bangsa.
Untuk mendapatkan izin ketiga mobil listrik ini, pada awalnya Dahlan
meminta surat izin mobil listrik kepada Kementerian Perhubungan, namun
kementerian tersebut tidak bisa memberikan izin.
“Akhirnya Kemenhub dan Menristek bicara dan akhirnya urus izin di Menristek. Ini sedang kita urus,” kata Dahlan menjawab wartawan beberapa bulan lalu.
Namun seiring berlalunya waktu, izin dari Kemenristek tak kunjung ada kejelasan. Padahal Menristek Gusti Muhammad Hatta pernah memuji mobil listrik Selo saat melakukan ujicoba.
Berbagai carapun sudah ditempuh bekas Dirut PLN ini agar mengantongi
izin menggunakan mobil bernama ‘Selo’ itu. Dari mengirim pesan singkat
(SMS), telepon, hingga mengirimkan surat pribadi pada Kemenristek. Hanya
saja, upayanya hingga kini tak berbuah manis.
“Saya sudah kirim surat pribadi, sebagai salah satu orang yang
bisa kendarai mobil listrik itu untuk uji coba. Sampai sekarang enggak
dibales. Saya udah SMS, telepon juga sudah. Jawabannya cuma ‘ya’ saja,
tapi tidak dikasih izinnya,” papar Dahlan heran.
Menteri yang ogah pakai pengawalan ini juga bingung, beberapa bus
listrik yang juga masih nangkring di Kemenristek masih kesulitan keluar
izinnya. Padahal secara tak langsung, bus-bus listrik itu sudah melewati
jarak jauh, dari Jakarta-Bandung-Yogjakarta-Jakarta.
“Kalau mobil listrik warna hijau waktu itu pernah saya kendarai
sendiri sampai 1000 km. Maksud saya gitu, kalau saya pakai dulu terus
baru dikritik apanya saja yang kurang, tapi ini mau dipakai enggak bisa,” sesal mantan Dirut PLN ini.
Perkenalan Ricky Elson dengan Dahlan
Saat kunjungannya ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Kaltim Pos (Grup JPNN) sempat membuat laporan mengenai sosok Ricky Elson. Pemuda kelahiran tahun 1980 ini menempuh pendidikan sarjana hingga program master di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.
Saat kunjungannya ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Kaltim Pos (Grup JPNN) sempat membuat laporan mengenai sosok Ricky Elson. Pemuda kelahiran tahun 1980 ini menempuh pendidikan sarjana hingga program master di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.
Meski sempat kesulitan, Ricky berhasil beradaptasi. Bahkan, dia jadi
andalan di perusahaan tersebut. Banyak pelajaran berharga didapatkan
Ricky di sana. Terutama untuk menumbuhkan semangat kerja. Di perusahaan
tersebut, kalimat motivasi jadi cambuk semangat karyawan. Yakni; segera
kerjakan, pastikan kerjakan, dan kerjakan sampai selesai!
Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang punya pengertian sendiri
bagi setiap jenjang pendidikan. S-1 misalnya. Artinya jenjang ini
sekadar tahu bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan S-2, bagaimana
menemukan masalah dan menyelesaikannya. Terakhir, S-3 adalah bisa
membuat masalah dan memecahkannya sendiri.
Berbagai filosofi Negeri Samurai ini rupanya membentuk karakter Ricky
menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di
Nidec Corporation, dia berhasil jadi andalan. Sekitar 80 persen produk
perusahaan ini merupakan karya sang Putra Petir ini.
Adapun Nidec Corporation bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.
Selama 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi
motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.
Namun demikian, di tengah kariernya yang sedang bagus, Ricky memilih
kembali ke Indonesia. Dia turut membeberkan alasannya pada para
mahasiswa kemarin. Pertemuan Ricky dengan Menteri Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata menjadi titik segalanya.
Bermula dari pertemuan sekitar 3 jam itu, Dahlan melobi Ricky untuk pulang dan berkarya di Tanah Air.
Bagi Ricky, pertemuan serupa bukan hal baru. Ada beberapa tokoh
nasional yang sebelumnya menemui Ricky dan menawarkan untuk bekerja di
Indonesia. Dia dijanjikan banyak hal yang barang tentu menggiurkan. Gaji
tinggi mulai puluhan juta sampai ratusan juta rupiah, hingga diberi
perusahaan, sudah biasa didengarnya. Tapi dia selalu menolak. Kenapa
kali ini berubah?
“Yang saya tangkap, Pak Dahlan Iskan itu berbeda. Dia tak kasih
janji-janji. Hanya berkata ‘Sudah cukup Anda kerja di luar negeri.
Maukah ikut dengan saya? Kita bersama-sama berbuat untuk Indonesia’,” ucap Ricky menirukan percakapan dengan Dahlan Iskan saat itu.
“Beliau sangat paham. Dia minta saya pulang. Saya pun tak tahu
kenapa tak menolak padahal yang lain berani menggaji hingga dua kali
lipat dari yang saya terima kala itu,” sambungnya.
Dahlan yang mengetahui bahwa tenaga dan pikiran Ricky dihargai sangat tinggi, saat itu mengaku tak bisa memberikan hal serupa.
Namun supaya Ricky mau, Dahlan tanpa pusing-pusing langsung
menawarkan gajinya sebulan sebagai menteri BUMN, untuk menjadi bayaran
Ricky tiap bulan.
Berkat kesamaan visi membangun Indonesia, akhirnya kesepakatan
tercapai. Apalagi, dia bertekad mau membalas jasa para guru yang
membantunya bisa kuliah hingga ke Jepang. Ricky pun balik ke Indonesia
dan memulai proyek mobil listrik Indonesia.
Selo dan Gendhis, mobil listrik karya Ricky yang sekarang jadi
sorotan. Karya anak bangsa tak kalah dengan mobil sport buatan luar
negeri. Padahal, durasi pengerjaannya hanya lima bulan. Selo memiliki
kecepatan 250 kilometer per jam sedangkan Gendhis 180 kilometer per jam.
“Karena mengejar untuk ditampilkan di APEC, motor dan controller-nya masih pakai buatan luar negeri,” sebutnya.
Menurut Ricky, langkah membuat mobil listrik saat ini sudah tepat.
Beberapa waktu ke depan, dunia diprediksi beralih ke kendaraan listrik.
Ini kesempatan buat Indonesia untuk memulai industrinya. Bahkan, bukan
hanya Indonesia, seluruh negara saat ini turut berproduksi mobil
listrik.
“Jika tidak dari sekarang, puluhan tahun lagi akan dipertanyakan apa produksi Indonesia,” ucap Ricky. “Indonesia butuh penggagas. Dari sini diharapkan lahir pengembang mobil listrik lain,” sambungnya.
Cerita di balik pemberian nama mobil listrik karya Ricky ini turut dibeberkan. Mulanya, mobil tersebut bakal dinamai Gundala. Nama itu diambil dari tokoh fiksi pahlawan super yang dijuluki Putra Petir. Tapi, Gundala terlanjur jadi nama komik. Hingga muncul nama Selo dari legenda Ki Ageng Selo
yang dikenal dapat menangkap petir. Akhirnya nama inilah yang didaulat
jadi nama mobil listrik Indonesia dengan model sedan sport.
“Kalau Gendhis, memang ingin dicari yang manis untuk mendampingi Selo. Jadi diambillah Gendhis yang artinya gula dari Bahasa Jawa,” imbuhnya.
Segera Pulang ke Jepang
Meski asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura. Di sana, ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.
Meski asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura. Di sana, ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.
Ilmu anak Padang ini, sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori
mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang.
Ia telah kembali ke tanah air, namun kini ia berencana untuk segera
pulang kembali ke Jepang. Melalui akun facebooknya, pembuat kincir angin
terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak ini mengaku, perusahaan di
Jepang tempatnya bekerja dulu, terus mengirimi tawaran untuknya kembali.
Apalagi menurutnya, saat ini Indonesia belum bersahabat untuk
hasil-hasil karyanya.
Oh Indonesia. . .
INIKAH INDONESIAKU ????
INIKAH INDONESIAKU ????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar